Pengertian penelitian

By Rahmat Febrianto On Saturday, November 15, 2008 At 3:12 PM

Tanya:
Apakah yang disebut dengan penelitian ilmiah itu?

Jawab:
Penelitian ilmiah adalah sebuah pencarian jawaban dengan menggunakan metoda atau langkah-langkah yang sistematis. Seorang peneliti tidak bekerja hanya menggunakan firasat atau duga-duga. Misalnya, seperti seorang polisi yang mencari seorang penjahat. Mereka tidak bisa langsung menuduh seseorang sebagai penjahat yang dicari. Mereka baru bisa mengatakan seseorang sebagai penjahat jika mereka telah memiliki sejumlah bukti yang bisa menunjukkan bahwa orang tertentu memang melakukan kejahatan.
Tanya:
Ada berapa jenis penelitian itu sebenarnya?

Jawab:
Menurut sampelnya, penelitian bisnis bisa dibagi menjadi dua jenis penelitian: studi kasus dan studi empiris.


Tanya:
Apa beda penelitian studi kasus dengan studi empiris?

Jawab: Pertama dari jumlah sampel. Studi kasus hanya melibatkan satu sampel saja sebagai subyek penelitian. Misalnya sebuah perusahaan, sebuah wilayah, atau sebuah produk. Sedangkan studi atau penelitian empiris melibatkan sampel yang lebih banyak atau beberapa sampel dalam jangka waktu yang panjang. Tapi, penelitian kasus pun bisa dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Kedua dari tujuan. Studi kasus hanya untuk menjawab permasalahan yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan subyek yang ingin diteliti. Misalnya, peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi sebuah perusahaan angkutan dalam menyiasati kenaikan bahan bakar minyak (BBM) agar tidak kehilangan pendapatan. Sedangkan penelitian empiris bertujuan untuk mencari generalisasi atas suatu pertanyaan yang berhubungan dengan sejumlah subyek Misalnya, apakah kenaikan harga BBM mempengaruhi keuntungan perusahaan angkutan penumpang. Jika peneliti hanya meneliti satu subyek saja, jawaban yang ia dapatkan kemungkinan besar tidak bisa dibenarkan untuk subyek yang lain. Misalnya, jika hanya dipilih angkutan yang melayani daerah yang relatif terpencil dan hanya dilayani oleh satu moda transportasi saja, maka kenaikan BBM kemungkinan besar tidak akan mempengaruhi pendapatan perusahaan atau jumlah penumpang. Tapi, pada daerah yang ada moda angkutan lain dan relatif tidak terpencil, simpulan yang diperoleh mungkin akan berbeda. Maka, agar suatu generalisasi bisa ditarik, peneliti harus memilih sampel yang mewakili semua kondisi-kondisi yang ada. Semakin banyak sampel yang diambil akan semakin baik.


Tanya:
Lalu, manakah penelitian yang lebih baik?

Jawab:
Tergantung dari masalah yang dihadapi peneliti dan tujuan penelitian. Jika peneliti ingin memecahkan masalah yang dihadapi oleh sebuah perusahaan, misalnya masalah rendahnya produksi, maka studi kasus lebih cocok. Tapi jika peneliti ingin mencari jawaban atas masalah yang ada dan ia ingin agar jawabannya itu bisa digeneralisir atau bisa diterapkan pada, misalnya, perusahaan yang lain, maka ia sebaiknya melakukan penelitian empirik yang representatif dan banyak.


Tanya:
Berarti simpulan dari sebuah penelitian kasus tidak bisa diterapkan untuk sampel yang berbeda?

Jawab:
Kemungkinan besar tidak bisa. Setiap kasus memiliki keunikan yang berbeda. Sebuah penelitian kasus dilakukan dengan mendalam terhadap subyek yang diamati, sehingga simpulan tersebut menjadi unik dan tidak berlaku pada subyek yang lain tanpa benar-benar membandingkan karakteristik kedua sampel/subyek.


Tanya:
Apakah yang disebut dengan broad problem area atau area masalah?

Jawab:
Area masalah wilayah di mana masalah itu berada. Setidaknya ada empat area masalah menurut Uma Sekaran (2005): sesuatu yang sekarang berlangsung dan perlu dipecahkan; sesuatu yang perlu ditingkatkan atau dikembangkan; ada suatu isu konseptual yang harus diperkuat; dan ada bukti empiris yang harus diperoleh.


Tanya:
Bisakah dijelaskan apa pengertian dari masing-masing area masalah tersebut?

Jawab:
Yang pertama, tentang adanya sesuatu yang harus diperbaiki. Misalnya, manajer perusahaan mengamati adanya penurunan laba perusahaan selama lima tahun terakhir. Artinya di sini ada penurunan laba yang harus dipecahkan. Misalnya penurunan laba disebabkan oleh adanya produk pesaing. Sehingga, manajer harus mencari pemecahan agar produk bisa terjual lebih banyak dan laba kembali ke posisi semula. Yang kedua, tentang adanya sesuatu yang perlu ditingkatkan. Misalnya, perusahaan yang sama, alih-alih memiliki masalah penurunan laba, tapi mereka melihat ada ceruk pasar yang bisa digarap tapi belum tergarap. Sementara kapasitas produksi perusahaan masih memungkinkan agar ceruk tersebut dipasok. Makanya, area masalahnya adalah bagaimana produksi bisa ditingkatkan agar bisa memenuhi permintaan pasar. Dua area masalah di atas biasanya merupakan wilayah penelitian studi kasus.


Tanya:
Bagaimana dengan area masalah yang ketiga dan keempat?

Jawab:
Area masalah yang ketiga adalah tentang adanya isu konseptual yang perlu diperkuat. Misalnya, Barker dan Wurgler (2004) mengemukakan sebuah teori yang disebut dengan catering theory of dividend. Menurut mereka, perusahaan akan membayar dividen jika pemegang saham meminta agar dividen dibayar, sebaliknya perusahaan tidak akan membayar dividen jika pemegang saham tidak meminta. Berarti isu konseptual yang akan diperkuat adalah apakah benar bahwa dividen hanya akan dibayar jika diminta, dan jika tidak diminta maka dividen tidak akan dibayarkan. Sedangkan yang keempat berhubungan dengan pencarian jawaban empiris tentang suatu masalah. Misalnya, seorang mahasiswa mengamati bahwa jika ada pengumuman laba kepada investor di pasar modal, maka harga saham akan meningkat karena investor menganggap perusahaan akan tetap menguntungkan di masa datang; sebaliknya, jika perusahaan mengumumkan kerugian, maka investor akan menjauhi saham perusahaan sehingga saham perusahaan akan turun. Namun, dari pengamatannya, si mahasiswa melihat ada fenomena yang berkebalikan. Ternyata, walaupun perusahaan mengalami kerugian, harga saham tetap meningkat. Di sini, terjadi pertentangan logika peneliti dengan fakta, sehingga untuk itu ia harus mencari jawabannya secara empiris tentang fenomena yang ia amati tersebut.


Tanya:
Apa sebenarnya yang disebut dengan “masalah” itu? Apakah penurunan laba seperti contoh di atas adalah suatu “masalah’?

Jawab:
Masalah adalah sesuatu yang harus diperbaiki atau dicarikan pemecahan atau jawabannya. Apakah penurunan laba adalah masalah? Belum tentu! Penurunan laba bisa disebabkan oleh banyak hal: pesaing masuk ke dalam pasar dan merebut pangsa pasar perusahaan; tenaga penjual tidak termotivasi menjual produk; barang cepat rusak sehingga banyak yang dikembalikan oleh pembeli; kos produksi yang meningkat; dan lain-lain. Jadi, penurunan laba bukan “masalah” tapi hanya gejala.

Tanya:
Apa akibat kalau kita tidak bisa membedakan masalah dengan gejala?

Jawab:
Akibatnya sama buruknya dengan memberi obat penghilang sakit datang bulan kepada orang yang mengeluh sakit perut yang sebenarnya karena diare. Artinya, kalau kita salah mendefinisikan masalah, pemecahan yang diberikan tidak akan efektif.


Tanya:
Jenis penelitian manakah yang cocok untuk penelitian untuk mahasiswa S-1?

Jawab:
Bagi mahasiswa S-1 kedua jenis penelitian boleh dilakukan dan lebih merupakan kebijakan perguruan tinggi. Misalnya target kemampuan lulusan mereka. Jika, misalnya, perguruan tinggi ingin agar lulusannya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya di perusahaannya, maka jenis penelitian kasus lebih cocok daripada penelitian empirik. Namun jika perguruan tinggi menginginkan agar lulusannya untuk menjadi calon peneliti atau setidaknya memahami sebuah penelitian empirik, maka penelitian empirik lebih cocok untuk dilaksanakan. Namun, sebenarnya, kedua jenis penelitian ini bisa dilaksanakan di dalam sebuah perguruan tinggi. Selain tergantung pada kebijakan, juga sumber daya pendukung penelitian. Studi kasus membutuhkan, misalnya, akses yang sangat dalam pada perusahaan. Peneliti mungkin akan masuk ke dalam perusahaan dan membutuhkan akses data yang banyak. Sementara, pada penelitian empirik, peneliti kemungkinan besar tidak akan masuk terlalu dalam pada subyek yang ingin ia teliti, tetapi jumlah data yang ia kumpulkan akan lebih banyak dan luas dibandingkan dengan penelitian kasus. Dari sini yang dimaksud dengan penelitian adalah penelitian empirik, bukan lagi penelitian kasus walau sebagian besar diskusi berikut bisa diterapkan juga untuk penelitian kasus.

for this post

 
Blogger syarif_hidayat11 Says:

terimaksih...so helpfull

 
 
Blogger Unknown Says:

Terima kasih banyak, benar-benar membantu saya memahaminya.

 

Leave a Reply