Proposal penelitian

By Rahmat Febrianto On Saturday, November 15, 2008 At 3:00 PM

Tanya: 
Sebuah proposal yang baik itu seperti apa? Mengapa ada proposal yang ditolak? 

Jawab: 
Proposal jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti adalah sebuah usulan. Sebuah usulan yang baik adalah usulan yang masuk akal, baik dari sisi si pengusul atau si penelaah (dalam hal ini misalnya dosen pembimbing). Adakalanya sebuah penelitian menurut si pengusul sudah baik, tapi penelaah menolaknya. Usulan itu ditolak setidaknya karena dua alasan. Pertama, penelaah menganggap ide penelitian itu tidak menarik dengan alasan mungkin telah usang atau tidak meyakinkan si penelaah. Kedua, kemungkinan usulan itu memiliki kesalahan metoda yang membuatnya tidak layak untuk diteliti. Misalnya, untuk menyelidiki motivasi tenaga penjual, si pengusul justru menggunakan metoda penelitian kearsipan (archival study) sementara metoda yang lebih tepat adalah dengan wawancara. 


Tanya: 
Bagaimana caranya meyakinkan si penelaah bahwa sebuah ide penelitian layak untuk diteliti?

Jawab: 
Sebuah proposal penelitian harus dimulai dengan uraian yang melatarbelakangi ketertarikan si pengusul pada sebuah fenomena. Untuk itu anda harus menguraikan mengapa fenomena tersebut menarik untuk diteliti dan fakta-fakta yang mendukung argumen anda tersebut harus diuraikan selengkap-lengkapnya. Fakta tersebut bisa berupa data numerik atau hanya berupa temuan-temuan ilmiah yang membentuk rangkaian dan memiliki keterkaitan yang bisa menjelaskan fenomena yang anda amati. Selain itu yang perlu diingat oleh pengusul adalah bahwa yang anda tulis adalah sebuah naskah ilmiah dan isinya harus ringkas dan padat. Anda tidak boleh membuang-buang kalimat atau paragraf untuk suatu diskusi yang tidak perlu. Anda harus sedapat mungkin untuk “mengunci” diskusi pada topik yang ingin anda bahas. Bahkan, kalau bisa, kalimat pertama pada bagian “latar belakang” dimulai dengan kalimat yang langsung menarik perhatian si penelaah. 


Tanya: 
Apa contoh kalimat tersebut? 

Jawab: 
Misalkan anda tertarik dengan fenomena bahwa 90% direktur utama perusahaan-perusahaan di Indonesia bergelar akuntan atau memiliki pendidikan formal akuntansi, setidaknya pada jenjang S-1 dan anda ingin mengkaitkan latar belakang pendidikan direktur utama sebuah perusahaan dengan dugaan bahwa ada pengelolaan laba (earnings management) di perusahaan-perusahaan di Indonesia. Anda bisa memulai kalimat anda seperti di bawah ini. (Catatan: data di atas dan di bawah ini dan nama-nama yang menyertainya hanya rekaan penulis dan hanya dimaksudkan sebagai contoh belaka dan bukan merupakan sebuah fakta ilmiah.) Paragraf pertama Sembilan puluh persen dari direktur utama perusahaan-perusahaan publik di Indonesia memiliki latar belakang pendidikan akuntansi (Febrianto, 2005). Lebih dari 70% mereka (para akuntan yang menjadi direktur utama tersebut) memulai karirnya sebagai akuntan internal dan sisanya berasal dari kantor akuntan publik sebelum akhirnya direkrut sebagai manajer level menengah…. Paragraf kedua Widiastuty (2004) mengungkapkan bahwa 70% dari sampel yang ia teliti menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan publik di Indonesia melakukan pengelolaan laba untuk tujuan memoles kinerja perusahaan agar terlihat lebih baik di mata investor…. Paragraf ketiga atau setelahnya Kebijakan akuntansi sebenarnya hanya memerlukan otorisasi dari direktur keuangan. Tapi jika ada bukti terjadi pengelolaan laba, maka bisa diduga bahwa level yang lebih tinggi juga ikut menentukan. Jika 90% perusahaan publik di Indonesia dipimpin oleh direktur utama yang memiliki latar belakang akuntansi dan 70% dari perusahaan-perusahaan publik itu melakukan pengelolaan laba, maka hubungan antara pengelolaan laba dan latar belakang pendidikan direktur utama adalah pertanyaan empiris yang menarik untuk diteliti. 


Tanya: 
Lalu apa contoh paragraf yang tia langsung menarik perhatian itu? 

Jawab: 
Misalkan anda juga tertarik dengan fenomena yang sama. Akuntan adalah orang yang menjalani pendidikan formal akuntansi pada perguruan tinggi. Di sana mereka diberikan pendidikan yang berkaitan dengan penyiapan dan penyampaian informasi keuangan…. Coba anda bandingkan paragraf pertama ini (“Akuntan…”) dengan paragraf pertama sebelumnya (“Sembilan puluh…”). Paragraf pertama pada contoh yang pertama tidak menyia-nyiakan kesempatan pertama untuk menarik perhatian pembaca dengan langsung menyajikan fakta dan memiliki kaitan dengan ide penelitian. Sementara paragraf pada contoh yang kedua justru “membuang energi” dengan membahas fakta yang telah diketahui oleh umum dan tidak memiliki kaitan langsung dengan ide penelitian. Contoh yang terakhir ini mungkin terlalu ekstrem, tapi jika dari paragraf pertama dan kedua saja sudah tidak menarik perhatian si penelaah, si penelaah akan menduga bahwa paragraf-paragraf setelahnya juga sama. 


Tanya: 
Bagaimana dengan bagian “masalah penelitian”? Apa yang perlu diperhatikan pada bagian ini? 

Jawab: 
Bagian ini secara kasar bisa dikatakan berisi pertanyaan si peneliti tentang fenomena yang diamatinya. Lebih khusus, sebenarnya ada empat “masalah” yang bisa diajukan sebagai pertanyaan oleh si peneliti di dalam bagian ini. Pertama, untuk memecahkan masalah yang saat ini sedang dihadapi. Kedua, si peneliti ingin memperbaiki keadaan yang saat ini sedang berjalan. Ketiga, ada isu konseptual yang perlu penegasan. Keempat, penulis ingin mendapatkan jawaban empirik atas suatu fenomena. Dua masalah yang pertama lebih cocok untuk penelitian kasus dan dua yang terakhir lebih cocok untuk penelitian empirik. Sehingga, jika anda melakukan penelitian empirik, seharusnya isi bagian “masalah penelitian” adalah salah satu atau kedua hal di atas: mempertegas suatu isu konseptual dan/atau memperoleh jawaban empirik. Ada dua alternatif cara penyampaian masalah penelitian ini. Pertama dalam bentuk kalimat tanya dan menyajikannya dalam bentuk poin-poin. Kedua dalam bentuk naratif dan dalam bentuk diskusi. Bentuk yang kedua ini akan lebih informatif dibandingkan dengan bentuk pertama. 


Tanya: 
Bagaimana dengan bagian “tujuan penelitian”? Apa yang perlu diperhatikan pada bagian ini?

Jawab: 
Bagian ini menyatakan apa yang hendak diperoleh dari si peneliti dari penelitiannya itu. Jika dikaitkan dengan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian itu adalah untuk memperoleh jawaban atas masalah yang sedang dihadapi; memperbaiki keadaan yang sedang berjalan; mempertegas isu konseptual; dan memperoleh jawaban empirik. Cara penyampaiannya juga bisa dengan dua bentuk seperti penyampaian masalah penelitian di atas. Yang sering dimuat di dalam usulan penelitian dan ini perlu diperhatikan ada dua. Pertama, walaupun dari penelitiannya ini si peneliti bisa memperoleh pengetahuan baru tapi seharusnya itu bukan menjadi tujuan penelitian. Si peneliti tentunya tidak harus melakukan penelitian untuk mendapatkan suatu pengetahuan, ia cukup dengan membaca laporan penelitian orang lain. Kedua, walaupun beberapa lama setelah menyelesaikan penelitiannya si peneliti memperoleh gelar sarjana, bukan berarti bahwa untuk itu ia harus meneliti. Jadi seharusnya tidak ada tujuan penelitian untuk memberikan ilmu kepada si peneliti dan/atau untuk memperoleh gelar sarjana. 


Tanya: 
Apa yang disebut dengan survei literatur? 

Jawab: 
Survei literatur adalah penelaahan terhadap semua dokumentasi, baik yang terbit maupun tidak terbit, di dalam area yang berhubungan dengan masalah yang ingin diteliti. Misalnya anda ingin meneliti tentang mengapa pada sebagian perusahaan karyawannya bekerja dengan motivasi yang tinggi melebihi apa yang diminta oleh perusahaan, tapi pada sebagian perusahaan lain, karyawan bekerja hanya dalam batas yang diminta. Untuk bisa memahami mengapa ada perbedaan kinerja tersebut, anda harus mengumpulkan semua bacaan yang relevan dengan masalah di atas. Masalahnya, jika anda tidak melakukan penelaahan, anda kemungkinan hanya akan melihat sebuah fakta hanya dari satu sisi pandang saja. Misalnya, anda hanya akan beranggapan bahwa karyawan cukup diberikan gaji yang tinggi saja agar bisa termotivasi, sementara sebenarnya ada hal lain yang menimbulkan motivasi seorang karyawan. 


Tanya: 
Apa sebenarnya tujuan survei tersebut? 

Jawab: 
Tujuan survei bisa diibaratkan dengan penyusunan kepingan-kepingan mainan bongkar-pasang--walau tentunya tidak selengkap sebuah bongkar-pasang utuh karena sebuah penelitian belum (tentu) akan bisa menjawab semua pertanyaan. Yang anda butuhkan adalah memperoleh kepingan-kepingan penting dari mainan tersebut sehingga anda bisa memperoleh kira-kira gambaran apa yang dibentuknya. Di dalam penelitian, dengan melakukan survei literatur, anda bisa terhindar dari kemungkinan melewatkan satu variabel penting yang bisa saja telah ditemukan di masa lalu oleh peneliti lain. Sehingga anda terhindar dari kesalahan penciptaan roda kembali. Kedua, dengan melakukannya anda akan memperoleh ide yang lebih jelas tentang masalah yang akan anda teliti dan bagaimana masalah itu akan diteliti. Ketiga, anda bisa merumuskan masalah penelitian dengan lebih baik. Anda bayangkan kembali jika anda hanya diberi beberapa keping dari mainan bongkar-pasang anda itu, sementara anda diberitahu bahwa kepingan itu adalah bagian dari kepingan-kepingan yang membentuk gambar seekor gajah. Tentunya anda lebih terbantu jika makin banyak kepingan yang diberikan kepada anda dibandingkan jika hanya satu atau dua kepingan saja. 


Tanya: 
Bagaimana cara melakukan survei ini? Sumber-sumber seperti apa yang bisa saya gunakan?

Jawab: 
Jika penelitian anda dipicu oleh sebuah artikel, maka anda bisa memulai dengan membuka daftar referensi yang ada di artikel tersebut. Jika variabel yang menarik perhatian anda itu dibahas di dalam artikel itu, telusuri semua artikel yang diacu oleh si peneliti yang berhubungan dengan variabel yang ingin anda teliti juga. Dari satu artikel acuan yang berhasil anda dapatkan, anda bisa terus menelusurinya dengan kembali melihat ke bagian daftar referensinya. Begitu seterusnya hingga anda mendapatkan gambaran yang cukup. Jika ada variabel lain yang ingin anda masukkan ke dalam penelitian, maka anda harus mencari literatur yang berhubungan dengan variabel tersebut dan kembali lakukan hal yang sama sejauh anda bisa memperoleh gambaran yang memadai. Sebaiknya mulai dengan sebuah artikel terbaru agar anda lebih jauh menelusur. Jika anda hendak mereplikasi dengan mengubah populasinya, misalnya dari negara lain ke Indonesia, anda harus mengumpulkan bacaan yang berhubungan dengan variabel atau masalah yang sama di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mencari pembenar (justification) atas ide anda. Selain daripada artikel, anda bisa juga melakukan survei pada data yang diterbitkan berbagai sumber yang relevan. 


Tanya: 
Sulitkah memperoleh bahan yang dibutuhkan tersebut? 

Jawab: 
Jawabannya relatif. Sebagian institusi memiliki perpustakaan yang lumayan bagus dan menyediakan referensi cetak maupun elektronika. Bagi anda yang tidak bisa memperoleh sebuah artikel secara lengkap karena harus pergi ke perpustakaan yang jauh, maka anda bisa memperolehnya di internet. Sebagian situs di internet masih menyediakan artikel gratis tapi sebagian lagi tidak. Tapi, anda bisa memahami sebuah artikel hanya dengan membaca abstrak penelitian itu saja karena artikel yang bagus berisi intisari penelitian itu. Jika anda benar-benar tertarik dengan artikel tersebut, anda bisa menghubungi si peneliti yang alamatnya biasanya ada di artikel tersebut dan meminta kopi artikelnya secara gratis. Sebaiknya anda menggunakan alamat email resmi di kampus anda jika anda menggunakan email karena biasanya peneliti sangat menghargai warga kampus yang berminat terhadap penelitiannya. Kalau anda beruntung, anda mungkin akan dikirimi kopi cetakan dari artikel aslinya dan mungkin juga data yang mereka gunakan. Kuncinya adalah yakinkan si peneliti bahwa pemahaman terhadap artikelnya adalah kunci utama bagi penelitian anda. Bujukan seperti ini biasanya berhasil.

for this post

Leave a Reply