Kerangka teoretis

By Rahmat Febrianto On Saturday, November 15, 2008 At 2:56 PM

Tanya: 
Apakah yang disebut dengan kerangka teoretis? 

Jawab: 
Kerangka teoretis adalah kerangka yang dikembangkan setelah seluruh variabel diidentifikasi dan ditentukan dengan jelas dari survei literatur. Pada tahap pengembangan kerangka teoretis ini, peneliti harus merumuskan hubungan logis antar variabel atau faktor-faktor yang ia temukan pada tahap survei literatur sebelumnya. 


Tanya: 
Apa sebenarnya tujuan pengembangan kerangka teoretis ini? 

Jawab: 
Jika anda telah mengindentifikasi variabel-variabel yang terlibat di dalam fenomena yang anda amati, maka tugas anda selanjutnya adalah memusatkan perhatian pada sejumlah variabel yang benar-benar berhubungan dengan masalah tersebut. Hubungan antar variabel tersebut harus bisa dijelaskan di dalam kerangka teoretis ini. Tidak boleh ada variabel yang hubungannya tidak bisa dijelaskan. Sebaiknya hubungan setiap variabel tersebut didasari oleh bukti empirik. Namun adakalanya bukti tersebut belum ada atau tidak ditemukan oleh si peneliti. Jika itu yang terjadi, peneliti berhak untuk menggunakan logikanya dalam menjelaskan hubungan antar variabel. 


Tanya: 
Apa pula hubungan pengembangan kerangka teoretis ini dengan hipotesis penelitian? 

Jawab: 
Hipotesis sebenarnya adalah dugaan si peneliti sebagai jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan di dalam penelitian itu. Untuk bisa menduga dengan benar dan bertanggungjawab, ia harus mendasarkan dugaannya pada bukti dan logika yang masuk akal. Jika ia tidak memiliki dasar atas dugaannya, pembaca tentu tidak akan mempertanyakan kualitas penelitiannya. 


Tanya: 
Apa hubungan antara grand theory dengan pengembangan kerangka teoretis? 

Jawab: 
Grand theory adalah teori utama yang menjadi landasan berpikir si peneliti di dalam penyusunan kerangka teoretisnya. Misalnya, sebuah penelitian yang meneliti perilaku manajer dalam memilih kebijakan penggunaan uang perusahaan bisa menggunakan teori keagenan yang dirumuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) sebagai dasar teori. Dari teori tersebut kemudian peneliti membangun atau menjelaskan hubungan antar variabel. 


Tanya: 
Apakah hanya ada satu teori utama di dalam sebuah penelitian? 

Jawab: 
Jika tujuan anda adalah untuk pembuktian kebenaran teori tersebut tentu saja satu teori sudah cukup. Tapi sebagian penelitian dengan sengaja ingin membuktikan teori mana yang lebih tepat untuk menjelaskan fenomena tertentu. 


Tanya: 
Seperti apakah bagian kerangka teoretis yang ada di dalam Bab 2 laporan penelitian itu?
Jawab: 
Tidak ada patokan yang pasti tentang seperti apa bagian ini harus dibuat. Sebagian peneliti menempatkan satu sub-bab khusus terlebih dulu untuk membahas teori(-teori) utama yang menjadi landasan pengembangan kerangka teoretisnya. Sebagian peneliti tidak memberikan ruang khusus, tapi menyelipkannya di dalam bagian ini. Sebagian peneliti yang lain juga memiliki sub-bab khusus yang berisi kaji ulang terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan langsung dengan variabel yang diamati. Baru setelah itu mereka menjelaskan hubungan antar variabel. Tapi sebagian peneliti lain lebih suka dengan langsung menjelaskan hubungan antar variabel dengan melandasinya pada penelitian-penelitian terdahulu. Anda bisa langsung kemudian menurunkan hipotesis anda (jika penelitian anda memiliki hipotesis dan bertujuan untuk menguji hipotesis anda itu) setelah penjelasan masing-masing variabel dan hubungannya dengan variabel lain (Catatan: ini jika penelitian itu memang meneliti hubungan antar variabel karena tidak semua penelitian mesti meneliti hubungan antar variabel). Sebagian peneliti lebih suka memisahkan pembahasan hipotesisnya pada bagian tersendiri dengan mengulang sedikit intisari dari kerangka teoretisnya sehingga hipotesis bisa diturunkan. 

Tanya: 
Apakah ada hal-hal lain selain pengembangan kerangka teoretis yang harus dimasukkan ke dalam Bab 2 itu? 

Jawab: 
Seharusnya tidak ada lagi selain penjelasan logis hubungan antar variabel dan pengembangan hipotesis penelitian. Sebagian peneliti melakukan kesia-siaan dengan menambahkan bahasan yang tidak perlu. Misalnya penelitian yang meneliti respon investor terhadap penerbitan informasi keuangan mencoba memasukkan pengertian saham, jenis-jenis saham, dan sebagainya yang sebenarnya tidak relevan dalam menjelaskan hubungan kedua variabel di atas.

for this post

Leave a Reply